
Layangan Maut, Horor Pengendara Motor Di Jalan
Saat matahari bersinar, langit Bali dihiasi berbagai macam bentuk layang-layang yang mengudara. Seperti pameran seni, layang-layang khas Bali menari mewarnai langit biru Pulau Dewata. Bermain layangan sudah menjadi tradisi bagi warga Bali, dari usia anak-anak hingga dewasa seakan larut dalam keceriaan bermain layangan, mereka biasa menyebut diri mereka “rare angon” (sebuah istilah yang di pergunakan masyarakat Bali pada umumnya kepada para pemain layang-layang)
Namun beberapa hari terakhir fenomena melayangan seakan menjadi sebuah mimpi buruk, hal ini disebabkan oleh banyak tali layangan yang melintang sampai di jalan yang menjadi horror bagi pengendara bermotor, karena sudah banyak kejadian kecelakaan bermotor yang diakibatkan terlilit tali layangan dari leher terjerat sampai robek, dan hampir di semua media sosial banyak memberitakan hal ini, bahkan kejadian terakhir seorang pengendara motor terjerat tali layangan hingga motor kehilangan kendali dan menabrak alat berat yang terparkir di pinggir jalan dan akhirnya meninggal. (baca : https://news.detik.com/berita/d-5059871/tersangkut-benang-layang-layang-pemotor-tewas-tabrak-alat-berat-di-denpasar).
Dari fenomena tersebut hendaklah “rare angon” sadar diri bahwa kita hidup harmonis berdampingan dengan makhluk lainnya, jangan hanya menikmati kesenangan pribadi tanpa menghiraukan keselamatan orang lain, Karena filosofi “rare angon” sejatinya adalah memohon kemakmuran bukan horror karena “rare angon” yang sejak dahulu sangat diyakini para petani dapat menghindarkan sawah dari serangan hama saat musim tanam berikutnya untuk itulah biasanya para pemilik lahan memberi izin lahannya untuk digunakan bermain layang-layang. Kebiasaan tersebut masuk dalam siklus pertanian di Bali (baca : https://baliexpress.jawapos.com/read/2017/08/24/9286/melayangan-erat-kaitannya-rare-angon-sebagai-manifestasi-dewa-siwa